Makalah Hipnoterapi



BAB I
PENDAHULUAN


Beberapa tahun terakhir ini hipnotis perlahan namun pasti mulai menjadi ilmu baru yang tenar di bumi Indonesia. Mulai dari stage of hypnosis yang diramaikan di dunia televisi maupun hipnoterapi yang digunakan untuk terapi psikis manusia. Karena berdasarkan watak dan budaya orang Indonesia yang notebene tidak menyukai hal-hal yang rumit mendorong segalanya untuk dengan mudah didapatkannya sehingga sesuatu yang berifat instan sangat favorit untuk orang-orang Indonesia.
Dari penelitian pun ditemukan fakta bahwa sekitar 75% dari semua penyakit yang diderita banyak orang sebenarnya bersumber dari masalah mental dan emosi. Namun sayangnya kebanyakan pengobatan atau terapi sulit menjangkau sumber masalah ini, yaitu pikiran bawah sadar. Saat seseorang pergi ke dokter, yang diobati adalah gejalanya atau paling jauh akibat yang ditimbulkannya, bukan sumber masalahnya.
Kini, beberapa ahli meyakini bahwa dalam kaitannya dengan keterhubungan fungsi tubuh dan pikiran (mind body connection), dengan membimbing seseorang ke dalam kondisi hipnosis memberikan kesempatan untuk untuk memfungsikan pikiran bawah sadarnya mencari permasalahannya sendiri terhadap gangguan tubuh atau penyakit yang dideritanya. Hal ini diungkapkan oleh Muriel Prince Warren dalam bukunya yang berjudul Talking to the Amigdala: Expanding the Science of Hypnosis (2009) dan mengacu pada pernyataan Dr. Davis Spiegel, peneliti Stanford University, dalam kongres tahunan ke-54 The Society of Clinical and Experimental Hypnosis tahun 2003. Spegel menyatakan bahwa meskipun masih belum diketahui dengan jelas bagaimana keterkaitan hipnosis dengan mekanisme kerja otak, banyak contoh kasus yang membuktikan bahwa hipnosis dapat membantu seseorang secara efektif dalam mengakses segala macam sumber daya di bawah sadarnya untuk memecahkan masalah dirinya sendiri. banyak keberhasilan dicapai oleh penerapan hipnosis ini, bahkan ketika obat-obatan modern gagal mengatasinya.
 Oleh karena itu hipnoterapi sangat efektif untuk mengatasi permasalahan yang bersifat kejiwaan manusia karena proses hipnoterapi tidaklah lama dan tidak bertele-tele seperti terapi yang lain. Proses praktik hipnoterapi hanya membutuhkan waktu dalam hitungan menit untuk mengatasi masalah taruma dan fobia akan sesuatu. Disamping kelebihannya itu terdapat pula kelemahan yang terdapat hipnoterapi yaitu kesembuhan pasien hanya berkisar sampai dua atau tiga bulan setelah proses treatment. Alasannya karena proses penyembuhan dengan hipnoterapi dilakukan pada saat kondisi sang pasien dalam pikiran bawah sadar
.          





























BAB II
PEMBAHASAN

Definisi Hipnoterapi
Pada awalnya kata hipnoterapi terdiri dari dua kata benda yang memilik kedudukan yang cukup jelas. Secara harfiah, kata hipnoterapi terdiri dari dua kata, yaitu hypno dari hipnotis dan terapi. Keduanya memiliki makna yang utuh, seperti hipnotis, bahwa hipnotis itu awalnya dari neuro-hypnotism atau tidurnya sistem saraf. Adapun secara istilah hipnotis adalah suatu keadaan yang muncul secara alami dimana kesadaran seseorang menjadi lebih mudah untuk menerima sugesti dari luar.  Keadaan hipnotis meningkatkan memori dan persepsi, serta bisa menjadi pemicu penyembuhan, peningkatan kreatifitas dan perbaikan kualitas hidup lainnya. Kemudian terapi adalah pengobatan.
Jadi jika disimpulkan bahwa hipterapi secara harfiah adalah terapi dengan cara hipnotsi. Secara istilah hipnoterapi adalah terapi yang digunakan atau diterapkan kepada pasien dalam keadaan hipnosis. Banyak definisi mengenai hipnoterapi, karena setiap hipnoterapis memiliki setidaknya satu definisi. Oleh karena itu hipnoterapi adalah sebuah terapi yang sangat popoler dan tidak aneh lagi ditelinga kita yang menggunakan hipnotis sebagai alat bantu yang utama.
Sejarah Hipnoterapi
Pada dasarnya, perjalanan panjang kaidah keilmuan hipnosis mengalami kemajuan atas dasar kemungkinan-kemungkinan pemanfaatannya untuk kegiatan penyembuhan. Menurut sejarah, kegiatan hipnosis telah dikenal sejak tahun 2980 SM berdasarkan catatan kuno di Mesir yang menuliskan adanya praktik penyembuhan dengan “terapi tidur” di kul-kuil Mesir yang dilakukan oleh seorang penyembuh yang bernama imhotep.[1] Awal perkembangan hipnosis modern yang dipertimbangkan kaidah-kaidahnya oleh Franz Anton Mesmer (173-1815) dalam kegiatan magnetisme pada abad ke-18 pun menitikberatkan pemanfaatannya untuk penyembuhan manusia. Namun, hingga pada masa tersebut masih terdapat kerancuan akan pemanfaatan kondisis “tidur” seperti ini sehubungan dengan praktik-praktik penyembuhan, seperti apa saja yang mampu dilakukan dalam kondisi ini.
Setelah magnetisme yang diperkenalkan oleh Mehmer, beberapa ahli memanfaatkan kondisis tidur “untuk” untuk kegiatan anesthesia (penghilanagn rasa nyeri atau sakit) dan penanganan gangguan saraf, salah satunya dilakukan oleh John Elliotson (1791-1868), seorang doketr berkebangsaan Inggris dan James Esdaile (1808-1859), dokter asal Skotlandia. Hingga atas jasa Jean Martin Charcot (1825-1893), neurolohg asal Prancis, hipnotisme mulai diterima di kalangan profesional medis.
Saat itu, upaya Charcot dalam mengkaji lebih lanjut tentang fenomena hipnosis masih bersandarkan pada keterkaitannya terhadap neurologis dan fisiolohis. Karena itulah banyak ahli medis yang menganggap kondisi timbul sebagai kegiatan histeria yang terjadi karena gangguan fisik atau somatis. Pemahaman ini tidak lama kemudian dikoreksi oleh Pierre Janet (1859-1947) dan Sigmund Freud (1856-1939) sebagai kajian psikologis yang tidak berkaitan dengan fisiologis.
James Braid adalah orang pertama yang mencoba menjelaskan fenomena mesmerisme dari sudut pandang ilmu psikologi. Ia adalah seorang ahli bedah dan seorang penulis yang produktif dan andal. Ia juga sangat dihormati oleh British Medical Associatian. Pada tahun 1841, ia melakukan pemeriksaan medis pertama terhadap seorang subjek yang berada dalam kondisi trance mesmerisme. Setelah pemeriksaan pertama, ia memulai eksperimen pribadi dan melibatkan rekan kerja yang ia percaya. Dari hasil penelitian yang ia lakukan, akhirnya hipnoterapi dapat dijelaskan dalam kerangka ilmiah dan diterima sebagai suatu teknik pengobatan oleh dunia kedokteran Inggris. Dengan demikian, Braid dipandang sebagai “Bapak hipnoterapi”.
Di abad 20 Milton H. Erickson (1901-1980), mengembangkan hipnosis untuk dunia terapi. Dimana Eriskson memanfaatkan hipnosis ini untuk digunakan dalam menterapi seseorang yang memiliki masalah psikis. Banyak korban psikis pasca perang dunia ke II yang berhasil diselamatkan oleh Erickson. Metode yang digunakan oleh Erickson inilah yang kemudian sering disebut dengan Ericksonian Hypnotherapy. Metode Erickson inilah yang menandai era Hipnoterapi modern
Di tahun 1973, dari Santa Cruz, dua orang ilmuwan bernama Richard Bandler dan Professor John Grinder, mengembangkan sebuah ilmu komunikasi yang diturunkan dari Hipnosis. Ilmu ini selanjutnya dikenal sebagai Neuro Linguistic Programming yang biasa dikenal dengan NLP. Dengan NLP, ternyata Bandler dan Grinder tidak saja memperbesar keampuhan hipnoterapi dalam keadaan tidur semata bahkan mengikuti jejak gurunya Erickson, NLP mampu mempercepat pemulihan trauma dalam keadaan sadar dan dalam tempo yang sangat singkat.
Selama perang dunia II, hipnosis menjadi alternatif pengobatan bagi para korban perang yang meliputi mengurangi rasa sakit, mengobati gangguan kecemasan (neurosis), dan pengalaman yang traumati yang mengganggu. Dari kegiatan inilah hipnosis menjadi sebuah alternatif penanganan gangguan psikis yang cukup populer. Hingga kahirnya, setelah perang dunia II, hipnosis untuk kegiatan terapi diakui secara berturut-turut oleh lembaga medis dan psikologi di negara Inggris dan Amerika serikat. Pada tahu 1955 diakui penggunaannya oleh British Medical Association (AMA), dan 1960 oleh American Psyichological Association (APA).
Tingkat Gelombang Otak Manusia
Untuk memahami Hypnosis atau Hypnotherapy secara mudah dan benar, sebelumnya kita harus memahami bahwa aktivitas pikiran manusia secara sederhana dikelompokkan dalam 4 wilayah yang dikenal dengan istilah Brainwave, yaitu : Beta, Alpha, Theta, dan Delta
1.      Beta adalah kondisi pikiran pada saat sesorang sangat aktif dan waspada. Kondisi ini adalah kondisi umum ketika seseorang tengah beraktivitas normal. Frekuensi pikiran pada kondisi ini sekitar 14 – 24 Cps (diukur dengan perangkat EEG).
2.      Alpha adalah kondisi ketika seseorang tengah fokus pada suatu hal (belajar, mengerjakan suatu kegiatan teknis, menonton televisi), atau pada saat seseorang dalam kondisi relaksasi. Frekuensi pikiran pada kondisi ini sekitar 7 – 14 Cps.
3.      Theta adalah kondisi relaksasi yang sangat ekstrim, sehingga seakan-akan yang bersangkutan merasa “tertidur”, kondisi ini seperti halnya pada saat seseorang melakukan meditasi yang sangat dalam. Theta juga gelombang pikiran ketika seseorang tertidur dengan bermimpi, atau kondisi REM (Rapid Eye Movement). Frekuensi pikiran pada kondisi ini sekitar 3.5 – 7 Cps
4.      Delta adalah kondisi tidur normal (tanpa mimpi). Frekuensi pikiran pada kondisi ini sekitar 0.5 – 3.5 Cps.
Kondisi Hypnosis sangat mirip dengan kondisi gelombang pikiran Alpha dan Theta. Yang sangat menarik, bahwa kondisi Beta, Alpha, dan Theta, merupakan kondisi umum yang berlangsung secara bergantian dalam diri kita. Suatu saat kita di kondisi Beta, kemudian sekian detik kita berpindah ke Alpha, sekian detik berpindah ke Theta, dan kembali lagi ke Beta, dan seterusnya.
Pasien sebagai subjek
Orang yang dihipnotis sebenarnya tidak dalam keadaan tidur sesungguhnya. Walaupun menggunakan perintah berupa kata 'tidur', kata itu tidak membuat pasien tidur sesungguhnya. Pasien tetap dalam keadaan sadar, serta mampu mengobservasi perilakunya selama dalam keadaan hipnotis. Ia menyadari segala sesuatu yang diperintahkan serta dapat menolak sesuatu yang bertentangan dengan keinginan atau norma-norma umum. Selain itu, sebelum proses ini dilakukan, telah ada kesepakatan antara pasien dengan penghipnotis untuk melakukan hipnoterapi
Melakukan hipnoterapi terhadap pasien sama halnya dengan melakukan terapi lainnya. Pasien harus tahu persis mengapa diperlukan bantuan hipnotis dalam terapinya, serta keunggulan apa yang didapatkan dibandingkan model terapi lainnya. Proses hipnoterapi juga harus dilakukan dengan jelas, terbuka, dan tanpa paksaan. Sebelum melakukan hipnotis, pasien harus terlebih dahulu menjalani pemeriksaan fisik, dan bila perlu disusul dengan menjalani pemeriksaan laboratorium (darah, urine, dll).
Terapis sebagai fasilitator dan pasien sebagai subjek perlu menjalani kerjasama yang baik sebelum proses hipnotis dimulai. Pemahaman pasien akan masksud dan tujuan hipnoterapi merupakan kunci efektifitas terapi. Karena itu diperlukan informasi yang jelas dan pemahaman yang sama. Hal ini bertujuan agar persepsi yang terbentuk dalam tingkat sadar sejalan dengan persepsi bawah sadar.
Secara konvensional, Hipnotherapi dapat diterapkan kepada pasien yang memenuhi persyaratan dasar, yaitu : (1). Bersedia dengan sukarela (2). Memiliki kemampuan untuk fokus (3). Memahami komunikasi verbal.

Tahapan Hipnoterapi
Pada saat proses hipnoterapi berlangsung, klien hanya diam. Duduk atau berbaring, terapis sebagai fasilitator. Akan tetapi, pada proses selanjutnya, klien lah yang menghipnosis dirinya sendiri (otohipnosis), berikut proses tahapan hipnoterapi:
1.      Pre- Induction (interview)
Pada tahap awal ini hinpnoterapis dan klien untuk pertama kalinya bertemu, setelah klien mengisi formulir mengenai data dirinya, hipnoterapis membuka percakapan untuk membangun kepercayaan klien, menghilangkan rasa takut terhadap hipnoti/hipnoterapi dan menjelaskan mengenai hipnoterapi dan menjawab semua pertanyaan klien. Sebelumnya hipnoterapis harus mengenali aspek-aspek psikologis dari klien, antara lain terhadap hipnotis dan seterusnya.
Pre-Induction dapat berupa percakapan ringan, saling berkenalan, serta hal-hal lain yang bersifat mendekatkan seorang hipnoterapis secara mental terhadap klien (rapport building). Hipnoterapis juga akan membangun penghargaan mental klien terhadap masalah yang dihadapinya (building mental expectancy).
2.      Suggestibility Test
Maksud dan uji sugestibilitas adalah untuk menentukan apakah klien masuk ke dalam orang yang mudah menerima sugesti atau tidak. Selain itu, uji sugestibilitas juga berfungsi sebagai pemanasan dan juga untuk menghilangkan rasa takut terhadap proses hipnoterapi, uji sugestibilitas juga membantu hipnoterapis untuk menentukan teknik induksi yang terbaik bagi sang klien.
3.      Induction
Induksi adalah cara yang digunakan oleh seorang hipnoterapis untuk membawa pikiran klien berpinah dari pikiran sadar ke pikiran bawah sadar, dengan menembus apa yang dikenal dengan critical area.
Saat tubuh rileks, pikiran juga menjadi rileks maka frekuensi gelombang otak dari klien akan turun dari beta, alfa, kemudian theta. Semakin turun gelombang otak, klien akan semakin rileks, sehingga berada dalam kondisi trance. Inilah yang dinamakan kondisi ter-hipnotis. Hipnoterapis akan mengetahui kedalaman trance klien dengan melakukan depth level test (tingkat kedalaman trance klien).
4.      Deepening (Pendalaman Trance)
Jika dianggap perlu, hipnoterapis akan membawa klien ke trance yang lebih dalam. Proses ini dinamakn deepening.


5.      Suggestions/Sugesti

Selanjutnya hipnoterapis akan memberikan sugesti-sugesti positif yang bersifat mengobati kepada klien. Sugesti-sugesti ini yang diharapkan akan tertanam di pikiran bawah sadar klien dan menghasilkan perubahan positif terhadap masalah klien.
  Pada saat klien masih berada dalam kondsi trance, hipnoterapis juga akan memberi post hypnotic suggestion, sugesti yang diberikan kepada klien pada saat proses hipnotis masih berlangsung dan diharapkan terekam terus oleh pikiran bawah sadar klien meskipin klien telah keluar dari proses hipnotis. Post hypnotic suggestion adalah salah satu unsur terpenting dalam proses hipnoterapi.
6.      Termination
Akhirnya dengan teknik yang tepat, hipnoterapis secara perlahan-lahan akan membangunkan klien dari “tidur” hipnotisnya dan membawanya ke keadaan yang sepenuhnya sadar.
Hipnoterapi dan Pemanfaatannya
Sekarang, hipnosis untuk keperluan terapi (hipnoterapi) efektif digunakan dalam penanganan gangguan-gangguan yang bersifat psikologis untuk menguba mekanisme pikiran manusia dalam menginterpretasikan pengalaman hidupnya, serta menghasilkan perubahan pada persepsi dan tingkah laku. Bahkan, beberapa penelitian menunjukkan fakta menarik yang menyatakan bahwa pada dasarnya sekitar 75% dari semua penyakit fisik yang diderita banyak orang bersumber dari masalah mental atau emosi. Karena itu, tidak mengherankan jika hipnoterapi banyak digunakan dalam mengatasi gangguan yang berkenaan dengan kecemasan (axiety), ketegangan (stress), depresi (depression), fobia (phobia); menghilangkan kebiasaan buruk (bad habits), seperti ketergantungan terhadap rokok, alkohol dan obat-obatan; serta pemberdayaan diri, seperti membangkitkan motivasi dan melangsingkan tubuh.
Hipnoterapi bahkan bermanfaat dalam kasus-kasus klinis yang berhubungan dengan medis. Beberapa pendapat spekulatif dari sebagian ahli yang menyatakan bahwa saat seseorang berada dalam kondisi hipnosis, tubuhnya menstimulasi otak untuk melepaskan neurotransmiter (zat kimia yang terdapat dalam otak), enchepalin, dan endhorphin yang berfungsi meningkatkan perasaan nyaman sehingga dapat mengubah penerimaan individu terhadap sakit atau gejala fisik lainnya. Bagaimana pun, kenyataannya kondisi hipnosis yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kegiatan anesthesia (mati rasa) dan analgesia (berkurangnya sensasi rasa sakit) sehingga berguna untuk kegiatan-kegiatan medis terkait, seperti pencabutan gigi, pembedahan tanpa obat bius, dan persalinan atau melahirkan.
Pakar hipnosis medis S.J. van Pelt mantan presisden British Medical Hypnosis Society pada dekade 1950-an mengatakan bahwa hipnosis efektif untuk dimanfaatkan dalam pemeliharaan keseimbangan organ tubuh. Ini karena sara takut, perasaan cemas, dan hal-hal jenis sejenisnya merupakan faktor utama yang memengaruhi kinerja sistem otonom (automatic nervous system). Kenyataan ini berkaitan dengan mekanisme lawan (fight) atau lari (flight) yang dilakukan oleh fungsi saraf otonom tersebut (melalui fungsi saraf simpatis dan parasimpatis), yang berpengaruh terhadap fungsi pupil mata, saluran nafas, jantung, kelenjar ludah, lambung, dan organ seksual.
Pendapat lebih lanjut dikemukakan dalam buku Hypnosis and Counseling in the Treatment of Chronic Illness (2003) yang dirtulis D. Frank dan B. Mooney. Mereka menyatakan bahwa dalam kondisi hipnosis, fungsi amigdala menjadi non-aktif dan menyebabkan sistem saraf otomatis (automatic nervous system) menjadi lebih relaks. Hal ini memberikan kesempatan kepada tubuh dan sistem kekebalannya untuk mengatur kembali bagian-bagian tubuh sehingga menjadikannya lebih sehat. Fungsi amigdala juga memberikan pengaruh besar terhadap sistem endoktrin, termasuk kelenjar adrenalin dan kelenjar lendir (pituitari) yang mengatur kegiatan hormon tubuh dan sistem saraf otomatis melakukan fungsi kontrol terhadap detak jantung dan tekanan darah. Oleh karena itu, hipnosis sangat bermanfaat pula untuk dimanfaatkan dalam kegiatan perlakuan medis terhadap gangguan penyakit kronis (chronic pain).
Kini, beberapa ahli meyakini bahwa dalam kaitannya dengan keterhubungan fungsi tubuh dan pikiran (mind body connection), dengan membimbing seseorang ke dalam kondisi hipnosis memberikan kesempatan untuk memfungsikan pikiran bawah sadarnya mencari permasalahannya sendiri terhadap gangguan tubuh atau penyakit yang dideritanya. Hal ini diungkapkan oleh Muriel Prince Warren dalam bukunya yang berjudul Talking to the Amigdala: Expanding the Science of Hypnosis (2009) dan mengacu pada pernyataan Dr. Davis Spiegel, peneliti Stanford University, dalam kongres tahunan ke-54 The Society of Clinical and Experimental Hypnosis tahun 2003. Spegel menyatakan bahwa meskipun masih belum diketahui dengan jelas bagaimana keterkaitan hipnosis dengan mekanisme kerja otak, banyak contoh kasus yang membuktikan bahwa hipnosis dapat membantu seseorang secara efektif dalam mengakses segala macam sumber daya di bawah sadarnya untuk memecahkan masalah dirinya sendiri. banyak keberhasilan dicapai oleh penerapan hipnosis ini, bahkan ketika obat-obatan modern gagal mengatasinya.




















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Hipnoterapi adalah salah satu terapi dari sekian banyak terapi yang populer di dunia ini dengan tingkat keefektifan yang tinggi dan cepat. Sehingga hipnoterapi sangat laku di pasaran jasa terapi dalam hal penyembuhan permasalahan kejiwaan. Banyak sekali manfaat yang dapat diambil dari hipnoterapi, karena selain dari cepat dan efektif dalam penyembuhan masalah kejiwaan, terapi ini juga dapat meningkatkan komptensi dan kreatifitas anak sekolah maupun mahasiswa.
Ada enam tahap yang terdapat dalam proses hipnoterapi, yatitu (1) pre-Induction, (2) suggestibility Test, (3)Induction, (4) deepening (5) suggestion (6) termination.
            Kelebihan dan kekurangan hipnoterapi dapat dijadiakn tolok ukur sesuatu, terkait dengan penciptaan Tuhan bahwa segala sesuatau tidak ada yang sempuran, dan yang harus dilakukan adalah berusaha untuk menjadi yang terbaik.











DAFTAR PUSTAKA

Referensi Buku
·         Adiyanto. 2007, Hipnosis penurunan rasa nyeri Pengamatan Efek Hypnosis Pada Otak Melalui Brain Imaging. www.ibh.com
·         Hipnosis Ericksonian. www.googlebuku.html
·         Hypnotherapy, Ady W. Gunawan. www.googlebuku.html
·         Wong Willy, Membongkar Rahasia Hipnosis, Visi Media, Jakarta, 2010
Referensi PDF
·         Lebih Dekat dengan Hipnoterapi
·         Brosur Instant Level 1 Hipnosis
Referensi Internet


[1] Wong Willy, Membongkar Rahasia Hipnosis, Visi Media, Jakarta, 2010 hlm.172

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Hipnoterapi

Apa Itu Tasawuf