Makalah
Landasan Religius Manusia
Disusun Oleh
Dede Musa Samsul Huda
NIM 1121040022
Universitas Islam
Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
2015
Kata Pengantar
Segala puji
bagi Allah SWT yang telah menganugerahkan nikmat-Nya kepada cipataan-Nya yang
tiada tara, Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi
besar Muhammad SAW yang telah memperjuangkan agama Allah dengan sepenuh jiwa
dan raganya.
Makalah ini
dibuat salah satu tujuannya adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan kepada
kami, terlepas dari itu, juga untuk mendiskusikan materi yang telah kami susun
ini guna menambah wawasan dan pengetahuan umum untuk mahasiswa jurusan tasawuf
psikoterapi supaya wawasan dan pengetahuan umum bertambah dan bisa bersaing dengan mahasiswa lainnya dalam bidang ilmu
pengetahuan.
Agama adalah sebuah instrumen manusia juga sebagai kebutuhan rohani guna
mencapai kepada kehidupan yang penuh makna. Dalam aspek apapun, agama sangat
penting yang dapat dijadikan dasar pengetahuan manusia supaya tidak salah
kaprah dalam memahami sesuatu, seperti ketika sebuah praktik konseling tidak
disisipi nilai-nilai spiritualitas maka tidak akan ada makna dalam praktek
tersebut, karena dasar kebutuhan manusia adalah rohaniah yang mampu menuntun
hidupnya supaya dapat mengenal hakikat hidup yang sebenarnya.
Tidak ada manusia yang terbebas dari kesalahan baik yang disadari maupun
tidak disadari, kami yakin dalam makalah ini masih ada kekurangan sehngga
kritik dan saran kami harapkan dari para pembaca.
Penyusun
Bandung,
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Islam adalah agama proses yang
menuntut para penganutnya bekerja dengan keras dan cerdas. Artinya adalah bahwa
semua yang diinginkan manusia tentu harus melalui proses baik yang panjang
maupu dengan cepat. Manusia adalah mahluk yang terdiri dari susunan air yang
mencapai 75 % dan air yang memiliki sifat dapat dipengaruhi sehingga manusiapun
dapat dipengaruhi terlepas dari proses yang mudah maupun sulit.
Hidup
di dunia merupakan sebuah perjalanan yang akan menempuh ujung hidup (mati) karena
telah tertera dalam al-Quran yang menjelasan tentang mati. Menjelaskan tentang
ujung jalan kehidupan tentu tidak akan ada habisnya dengan berbagai cara maupun
kiat-kiat menghadapi atau menyikapi hal itu karena telah banyak buku yang
diterbitkan dengan berbagai teorinya, hal yang paling penting adalah apakah itu
dapat menjamin kesuksesan dalam menghadapi proses kematian? Jawabannya tentu
tidak, sehingga hanya Tuhanlah yang tahu mengenai itu.
Hidup
tentu saja mambutuhkan teman atau karib guna menyokong kehidupan yang bahagia,
yang artinya adalah ketergantungan terhadap sesama terkadang tidak dapat
dihilangkan sehingga manusia dapat dikatakan sebagai mahluk yang sosial, karena
saling bergantung satu sama lain yang saling berkontribusi dalam berbagai hal
sehingga manusia tidak dapat hidup dengan diri sendiri. Berbicara tentang hidup
manusia saling mempengaruhi satu sama lain seperti ketika memberikan nasihat
kepada teman atau samacamnya untuk memberikan semangat atau motivasi supaya
hidupnya menjadi terarah. Dunia yang terus berkembang dengan perubahannya baik
dari ranah pengetahuan dan bentuknya yang dipelopori oleh manusia secara
sengaja maupun tidak sengaja.
Perkembangan
pengatahuan mengarahkan manusia pada taraf kebijaksanaan yang mampu memotori
perubahan sosial, kebudayaan, politik dan ekonomi. Akan tetapi perlu ditekankan
bahwa makalah yang dibuat ini akan mengulas tentang dunia konseling yang
direlevansikan dengan agama yaitu Islam. Perkembangan ilmu yang semakin besar
memiliki peluang untuk menjawab misteri dibalik keagungan Tuhan dalam menciptakan
alam semesta ini sehingga akan sangat menarik jika semua rasa penasaran yang
ada dibenak manusia terjawab dengan pengetahuannya.
Pengaruh
dan mempengaruhi adalah suatu reaksi manusia dalam memperbaiki atau memperburuk
keadaan psokologi manusia bahkan bisa menjadi suatu alat untuk menggapai kebahagiaan dengan mempengaruhinya melalui
nilai-nilai spiritual yang mengarah pada kebaikan yang bermanfaat. Oleh karena
itu pengaruh dan mempengaruhi dapat dikatakan sebagai dakwah secara lisan
seperti yang tertera dalam al-Quran:
“Demi masa, sesungguhnya manusia itu
benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang yang beriman dan mengerjakan
amal shaleh dan nasehat menasehati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kebenaran”. (QS:AL‘Ashr, 1-3).
Ayat di atas menjelaskan
tentang status manusia sebenarnya dan saling menasehati yang memiliki makna
sama dengan saling mempenagruhi bahkan dapat dikatakan saling membantu melalui
kata-kata yang baik atau disebut dengan motivasi, nasihat, dan sebagainya.
Makalah
ini akan menjelaskan tentang landasan religius manusia yang menekankan pada peranan BK dalam Islam dan adab menolong
orang sehingga akan sangat menarik jika para pembaca menemukan kesalahan
atau kekeliruan dalam pembuatan makalah berkenan untuk menambah atau mengurangi
kekurangan atau kekeliruan penulis guna terciptanya makalah yang lebih baik
lagi. Penulis yakin bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan yang
perlu dilengkapi baik dari aspek struktur bahasa maupun isi.
BAB II
PEMBAHASAN
Landasan
Religius Manusia
Manusia secara esensial berasal mula
dari Allah SWT, bersifat Nur (cahaya), ruh (hidup), dan gaib (tidak tampak
secara kasat mata). Ia tidak dapat didefinisikan oleh kata-kata, huruf, bunyi
ataupun sesuatu, melainkan hanya Dialah yang dapat memahaminya. Sedangkan usul
dari manusia adalah berasal dari air dan tanah. Atau dengan kata lain, jika
seorang manusia ditinjau secara asalnya, maka ia bersifat ruhaniyah, sedangkan
secara usulnya berarti ia bersifat jasmaniyah[1].
Islam
adalah agama wahyu yang langsung dari Dzat yang Maha Suci, Maha Benar, Maha
Sempurna. Oleh karena itu ajaran-Nya tidak akan mungkin bertentangan dengan
fitrah manusia, tetapi justru Islam ingin membimbing kefitrahan insan itu dalam
jalan yang benar.
Sejatinya,
setiap mahluk bernama manusia, pati telah tertanam dalam jiwa dan rohaninya
cahaya fitrah (kesucian) yang
senantiasa merindukan akan akan perjumpaan dan kasih sayang Tuhannya.
Kecenderungan dari kesucian itu senantiasa ingin berlaku lurus, jujur, baik dan
benar. Karena memang hakikat azazi manusia berada di atas kesucian Ilahiyah itu
sampai kapanpun ia ia tidak akan pernah berubah. Namun karena tempat
bermukimnya cahaya fitrah itu sangat tersembunyi di balik hati nurani yang
paling dalam, maka sangat sedikit manusia yang mengetahuinya.
Manusia
adalah mahluk yang memiliki fitrah beragama, melaui fitrahnya ini manusia
mempunyai kemampuan untuk menerima nilai-nilai kebenaran yang bersumber dari
agama, dan sekaligus menjadikan kebenaran agama itu sebagai tolak ukur atau
rujukan perilakunya[2].
Bagi
orang-orang yang telah percaya, yakin dan ber-makrifat (mengenal) dengan baik, terhadap esensi Tuhan yang selalu
bersemayam dan berkata-kata dalam dadanya, serta mereka telah
mengimplementasikannya melalui jasad dan rohaninya yang indah, maka mereka
tidak pernah terputus dari rahmat-Nya, perlindungan-Nya, pertolongan-Nya dan
kasih sayang-Nya.
Mereka
itulah yang telah berhasil mengembangkan potensi ketuhanan atau potensi yang
dimiliki oleh para nabi, rasul dan auli-Nya. Mereka sangat cerdas dalam
menjalani ad-din yang hakiki, ad-din yang tidak pernah padam dalam
dada-dada mereka. Akan tetapi sayang, sangat sedikit orang yang mengetahui dan
ingin mengetahuinya.
“Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu
sekalian menolong Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan
kedudukanmu”. (QS. Muhammad, 47:7).
Untuk
mengembangkan benih-benih potensi dan kecerdasan fitrah yang telah Allah
tanamkan dalam diri setiap manusia, itu bukan suatu hal yang mudah tetapi
sangat memerlukan bimbingan dan perjuangan ulet, disiplin dan konsisten. Karena
di tengah-tengah proses perjalanannya akan senantiassa dihadang oleh
musuh-musuh Allah dari dalam diri manusia itu sendiri maupun di luar dirinya.
Setan dan iblis tidak senang jika manusia terlalu dengan Tuhannya dan kebenaran
Tuhannya. Pengikut-pengikut setianya terdiri dari manusia dan jin ikut
melakukan pengahadangan, tipu daya serta berbagai cara untuk menggagalkan
proses pengembangan dan pemberdayaan potensi dan kecerdasan fitrah itu.
Masyarakat
saat ini telah kehilangan panutan dalam menjalani kehidupan yang rahmatan Lil ‘alamiin, karena sebagian
para pemimpin, intelektual, ulama telah terjebak dalam permainan dan olok-olok
duniawi yang semakin hari semakin tidak menentu. Sulit membedaka mana orang
shaleh dan mana orang yang salah. Persaudaraan sesama muslim dan sesama hamba
Allah telah dihancurkan oleh niat dan i’tikad mencari hidup dan kehidupan yang
hewani, yang kaya akan mengalahkan yang miskin, yang kuat akan mengalahkan
lemah, yang mayoritas akan menggilas ynag minoritas. Masyarakat telah
kehilangan kecerdasan erasional, emosional, dan spiritualnya, karena
tokoh-tokoh yang menguasai kecerdasan itu secara aplikasi dan empirik semakin
langka, andaikata pun mereka bersuara, suara mereka akan tenggelam oleh hiruk
piruknya benderang dan irama kedurhakaan, pengingkaraan hati nurani dan fitrah
kemanusiaan.
Akibat
kegagalan manusia dalam mengembangkan potensi dan kecerdasannya yang fitrah (suci) itu, maka mereka tidak sanggup
menanggulangi dan menjalani ujian-ujian Allah yang berupa ketaatan menjalankan
semua perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya dan tabah dalam memahami
hikmah-hikmah dari segala musibah yang hadir dalam kehidupannya.
A.
Peranan Agama
dalam Bimbingan dan Konseling (BK)
Agama sebagai
pedoman hidup bagi manusia telah
memberikan petunjuk (hudan)
tentang berbaga aspek kehidupan, termasuk pembinaaan atau pengembangan mental
(rohani) yang sehat. Sebagai petunjuk hidup bagi manusia dalam mencapai
mentalnya yang sehat[3].
Ada dua alasan mendasar mengapa perlu menghadirkan
Bimbingan dan konseling Islam. Alasan yang paling utama adalah karena Islam mempunyai
pandangan-pandangan tersendiri mengenai manusia. Al-Qur’an sumber utama agama
Islam, adalah kitab petunjuk, di dalamnya terdapat banyak petunjuk mengenai
manusia. Allah, sebagai pencipta manusia tentu, tentunya tahu secara nyata dan
pasti siapa manusia. Lewat Al-Qur’an Allah memberikan rahasia-rahasia tentang
manusia. Karenanya kalau kita ingin tahu bagaimana cara menghadapi manusia
secara sungguh-sungguh, maka Al-Qur’an (wahyu) adalah sumber yang layak
dijadikan acuan utama dan tak pantas untuk dilupakan.
Ajaran Islam dapat menjadi acuan sebagai landasan yang
ideal dalam menjalani kehidupan. Untuk itu tepatlah kiranya jika teori-teori
dan teknik-teknik bimbingan dan konseling yang lahir di Barat, terlebih dahulu
diIslamisasikan sebelum diterapkan dalam kehidupan. Bimbingan dan konseling
Islam memberikan jalan mencegah dan pemecahan masalah, selalu mengubah
orientasi pribadi, penguatan mental spiritual, penguatan tingkah laku kepada
akhlak yang mulia, upaya perbaikan serta teknik-teknik bimbingan dan konseling
lainnya.
Pendekatan
Islami dapat dikaitkan dengan aspek-aspek psikologis dalam pelaksanaan
bimbingan konseling yang meliputi pribadi, sikap, kecerdasan, perasaan, dan
seterusnya yang berkaitan dengan klien dan konselor. Bagi pribadi muslim yang
berpijak pada pondasi tauhid pastilah seorang pekerja keras, namun nilai
bekerja baginya adalah untuk melaksanakan tugas suci yang telah Allah berikan
dan percayakan kepadanya, ini baginya adalah ibadah. Sehingga pada pelaksanaan
bimbingan konseling, pribadi muslim tersebut memiliki ketangguhan pribadi
tentunya dengan prinsip-prinsip yang meenjunjung norma-norma agama.
Islam
berpandangan bahwa jiwa manusia secara fitrah (asal kejadiannya) telah didesain
dengan sempurna. Kesempurnaan desain jiwa manusia itu karena Allah telah
memberikan dua potensi kepada manusia untuk memahami kebaikan dan kejahatan.
Dengan potensi tersebut, jiwa manusia mungkin bisa meingkatkan kualitas
kesuciaannya atau malah dapat tercemar dan menjadi kotor. Konseling Islam
memandang perlunya mentargetkan kualitas kesucian jiwa manusia melalui potensi
kebaikan (iman) yang telah ada dalam diri manusia. Dengan peningkatan kesucian
jiwa melalui Iman, seseorang diharapkan mampu memahami persoalan-persoalan
hidup yang melingkupinya sehingga dapat direspon melalui sikap dan penanganan
yang tepat dan bijak.
Sebaliknya, jiwa yang kotor dan
tercemar dinilai tidak mampu untuk memahami persoalan hidup manusia secara
proporsional. Jika demikian, maka respon yang diberikan terhadap persoalan
tersebut menjadi bias bahkan bisa merugikan manusia itu sendiri. Karena hal
demikian adalah permasalahan manusia, maka dalam konseling Islam, jiwa yang
kotor perlu dibersihkan agar berkualitas melalui suatu proses yang disebut
dengan tazkiah al nafs.
Menghindari dari jiwa kotor agar
terhindar dari penyakit hati seperti, iri, dengki, hasud dan semacamnya yang
dapat mengantarkan manusia pada jurang kedzaliman dan akan menyebabkan
kerusakan yang fatal, kerusakan yang dimaksud adalah hilangnya arah tujuan
hidup. Oleh karena itu supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
alangkah baiknya mengetahui fungsi bimbingan dan koseling agar dapat memberikan
kontribusi yang baik kepada orang yang membutuhkan melalui praktik konseling.
Secara umum bimbingan dan konseling mempunyai empat fungssi utama[4],
yaitu:
1. Pemahaman individu
2.
Pencegahan dan
Pengembangan
3.
Penyesuaian
diri
4. Pemecahan masalah
Setelah mengetahui fungsi utama BK
maka dapat disimpulkan peranan agama dalam Bk
Sebagai landasan praktik Bk yang bersumber pada
Al-Quran dan Hadtis, oleh karena itu praktik Bk tidak akan salah dan keliru
jika nilai-nilai spiritual dimasukan ke dalam dunia konseling.
Kadangkala,
ada klaim bahwa konselor dan ahi terapis tidak harus belajar atau peduli dengan
filsafat, sejarah, budaya, model diri, atau sistem nilai. Mengapa? Karena
konselor hanya bertugas mendengar, memfasilitasi, mendorong klien untuk
menemukan dir mereka beserta nilai-nilai, prioritas, arah, harga diri,
identitas dan alasan mereka untuk hidup. Anggapan yang menunjukkan bahwa
konselor hanya perlu menyediakan sepasang telinga dan hati yang hangat adalah
ilusi yang berbahaya dan hanya mendatangakan keuntunagn yang lebih daripada
seharusnya[5].
Peranan agama dalam BK bukan saja di
dunia konseling, akan tetapi dalam peranan pengembangan kebudayaan dan
intelektual manusia yang memberikan andil terhadap pengembangan tersebut yang
mampu mendorong kemajuan agama Islam dari berbagai aspek, karena itu memberikan
pengaruh pada pola pikir umat Islam. Manusia dalam dunia konseling dipandang
perlu di dalam pengembangan potensi dan skil melalui pemberian motivasi dan
nasihat[6].
Hubungan yang kuat, yang semakin
dekat dengan Tuhan, akan semakin meningkatkan dan menyuburkan pengembangan
nilai-nilai keagamaan yang kuat akan menjadi dasar bagi hubungan antar manusia
dan hubungan dengan alam yang serasi, harmonis, penuh kedamaian. Manusia akan
lebih mampu mengendalikan ego dan hawa nafsunya.
Bimbingan dan konseling sejalan
dengan perintah agama bahwa dalam kehidupan dan hubungan dengan sesama manusia
diharuskan selalu “mengajak kepada kebaikan dan mencegah kepada kejahatan”. Manusia
cenderunga mengikuti hawa nafsu dan melanggar ketentuan Tuhan. Karena itu,
perlu sering diingatkan untuk tidak melakukan kejahatan. Karena tendensi untuk
banyak melakukan kejahatan, maka dinyatakan bahwa “manusia itu berada dalam
kerugian, kecuali mereka yang selalu berpesan di dalam kebaikan”. Salah satu
tugas seorang konselor adalah menunjukkan arah dan jalan yang akan ditempuh konsultan.
Arah atau jalan yang ditunjukkan oleh konselor sudah tentu arah dan jalan yang
baik.
Manusia harus saling membantu dalam
kebaikan, membantu dengan harta, tenaga, atau pikiran, minimal dengan kata-kata
atau raut wajah yang yang menyenagkan orang, bukan yang menyakitkan atau
melukai hati. Setiap orang justru harus berpesan atau memberi nasihat dalam
kebaikan, bukan dalam kejahatan atau kerusakan.
Sesunnguhnya secara umum semua orang
dewasa, para pemimpin, alim ulama dan tokoh-tokoh masyarakat adalah pendidik
dan pembimbing. Berusaha menciptakan situasi yang kondusif bagi realisasi
nilai, mencegah munculnya kegiatan atau perilaku-perilaku yang merusakan nilai.
Setiap anak danpemuda agar mereka menjadi manusia yang, baik, bertanggung
kawab, berdisisplin dan turut memelihara kerukunan, ketentraman dan
kesejahteraan masyarakat, dan bukan merusakan atau menghancurkannya. Setiap
orang dalah pemimpin, yang kan diminta pertanggungjawabannya kelak.
B. Adab Menolong Orang dalam Pandangan Islam
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah
amat berat siksa-Nya”. (Al-Maidah, 5:2.)
Ayat di atas menjelaskan
tentang isayarat bahwa kita harus tolong menolong, akan tetapi harus kita
pahami bahwa perintah di atas adalah tolong menolong dalam kebaikan bukan
kejahatan. Oleh karena itu sudah jelas bahwa Allah SWT telah menyuruh kita
untuk saling tolong menolong dalam kebaikan.
Banyak manfaat yang akan
kita dapatkan jika kita selalu melakuan perbuatan tolong menolong sesama mahluk
Allah seperti:
1.
Mendapatkan
kepercayaan dari orang terdekat.
Kepercayaan adalah sesuatu yang sulit untuk didapat. Namun, karena
suka menolong teman-temanku, mereka dengan senang hati memberikan kepercayaan
kepadaku. Tak jarang mereka mau berbagi rahasia mereka kepadaku. Mereka percaya
bahwa aku adalah orang yang bisa dipercaya. Buatku ini adalah suatu anugerah.
2.
Mendapatkan
kemudahan dalam segala urusan.
Berkat tolong menolong, segala urusan temanku dan juga diriku
sendiri menjadi cepat selesai. Aku yang tak ragu menolong mereka membuat mereka
juga tak ragu untuk menolongku ketika aku sedang menghadapi masalah.
3.
Memperbanyak amal
pahala.
Seperti yang telah diketahui bahwa tolong menolong itu memang
dianjurkan di dalam agama. Perbuatan baik ini akan menjadi amal pahala di dunia
dan di akhirat.
Tolong menolong adalah sebuah perbuatan yang sangat
mulia, dalam kehidupan sehari-hari manusia hidup tidak sendiri, hubungan timbal
balik yang dilakukan oleh manusia baik yang disadari maupun tidak disadari
memberikan dampak pada nilai-nilai sosial yang mampu menciptakan kehidupan yang
harmonis dan damai. Dalam sebuah kegiatan tolong menolong tentu sangat mulia
jika tanpa pamrih, karena jika tolong menolong dengan pamrih atau bermaksud
mendapatkan imbalan maka ganjaran yang akan diberikan oleh Allah akan hilang
dan tidak ada nilainya sama sekali.
Yang paling penting
dalam adab tolong menolong adalah tidak meminta imbalan, karena itu akan
memberikan penilaian buruk terhadap kita jika kita pamrih dalam menolong orang,
biarlah Allah yang membalas semua apa yang telah kita kerjakan. Sebenarnya
sangat luas wilayah kajian tolong menolong akan tetapi yang perlu kita sadari
adlah bahwa tolong menolong adalah sebuah perbuatan yang sangat mulia dengan
syarat atas nama Allah SWT dan ikhlas hnya mengharap ridho-Nya.
BAB
III
KESIMPULAN
Landasan religius manusia adalah kebutuhan rohaniah manusia yang mampu
menunjukkan manusia pada arah atau jalan yang baik. Seperti yang tertera dalam
al-Quran bahwa pada hakikatnya sebelum manusia lahir ke bumi telah ada ikatan
atau janji dengan Tuhannya atau Allah SWT Yang bersaksi bahwa Allah adalah
Tuhan semesta alam.
Peranan agama dalam
dunia konseling banyak memberikan andil atau patokan yang mampu dijadikan acuan
sebagai pembatas wilayah kajian BK dalam perspektif Islam. Agama tidak dapat
dipisahkan dalm ilmu pengetahuan yang mampu menuntun pada pemahaman yang baik
dan benar. Selain dari pada itu bahwa kebtuhan dasar manusia adalah Than atau
agama sebagai penuntun jalan mereka. Agama yang memiliki fungsi sebagai
pemelihari diri, harta, keluarga dan jiwa tentu dapt disimpulkan bahwa peran
agama dalam BK Sangat penting sekali yang mampu emberikan nili-nilai positif.
Allah menyuruh umat
manusia untuk saling tolong menolong dalam kebaikan, karan manusia tidak dapat
hidup dengan sendirinya. Tolong menoloang adalah sebuah perbuatan yang sangat
mulia, sehingga manusia tidak dapat hidup dengan sendri. Sampai kapanpun
manusia tidak dapt hidup sendiri.
Oleh karena itu, sebagai
manusia yang budiman dan penuh budi pekerti untuk saling membantu dalm
mewujudkan kehidupan yang harmonis.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Bakran Hamdani Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam. Al-Manar, Yogyakarta,2008
2.
Rozalina Erba, Psikologi Kepribadian, Bandung,2012
3. Howard
Alex, Konseling dan Psikoterapi cara
Filsafat, Teraju, Jkarta Selatan, 2005.
4.
Syaodih N. Sukmadinata, Bimbingan dan Konseling Dalam Praktek, Mestro,
Bandung,2007.
5.
Yusuf S., & Nurihsan A. Juntika, Landasan Bimbinagn dan Konseling.
Rosda,Bandung,2012.
[1] Bakran Hamdani Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam. Al-Manar,
Yogyakarta,2008
[2]Rozalina Erba, Psikologi
Kepribadian, Bandung,2012
[3] Yusuf S., & Nurihsan A. Juntika, Landasan Bimbinagn dan Konseling. Rosda,Bandung,2012.
[4] Syaodih N. Sukmadinata, Bimbingan
dan Konseling Dalam Praktek, Mestro, Bandung,2007.
[5][5] Howard Alex, Konseling dan
Psikoterapi cara Filsafat, Teraju, Jkarta Selatan, 2005.
[6] Ibid.
Komentar
Posting Komentar