Makalah 

 

Landasan Religius Manusia

 

 


 

 

 

Disusun Oleh

Dede Musa Samsul Huda

NIM 1121040022

 

 

Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

2015

 

 

Kata Pengantar

 

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menganugerahkan nikmat-Nya kepada cipataan-Nya yang tiada tara, Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah memperjuangkan agama Allah dengan sepenuh jiwa dan raganya.

Makalah ini dibuat salah satu tujuannya adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan kepada kami, terlepas dari itu, juga untuk mendiskusikan materi yang telah kami susun ini guna menambah wawasan dan pengetahuan umum untuk mahasiswa jurusan tasawuf psikoterapi supaya wawasan dan pengetahuan umum bertambah dan bisa bersaing dengan mahasiswa lainnya dalam bidang ilmu pengetahuan.

Agama adalah sebuah instrumen manusia juga sebagai kebutuhan rohani guna mencapai kepada kehidupan yang penuh makna. Dalam aspek apapun, agama sangat penting yang dapat dijadikan dasar pengetahuan manusia supaya tidak salah kaprah dalam memahami sesuatu, seperti ketika sebuah praktik konseling tidak disisipi nilai-nilai spiritualitas maka tidak akan ada makna dalam praktek tersebut, karena dasar kebutuhan manusia adalah rohaniah yang mampu menuntun hidupnya supaya dapat mengenal hakikat hidup yang sebenarnya.

Tidak ada manusia yang terbebas dari kesalahan baik yang disadari maupun tidak disadari, kami yakin dalam makalah ini masih ada kekurangan sehngga kritik dan saran kami harapkan dari para pembaca.

 

 

 

 

 

 

 

Penyusun

Bandung, 2015






BAB I

PENDAHULUAN

 

Islam adalah agama proses yang menuntut para penganutnya bekerja dengan keras dan cerdas. Artinya adalah bahwa semua yang diinginkan manusia tentu harus melalui proses baik yang panjang maupu dengan cepat. Manusia adalah mahluk yang terdiri dari susunan air yang mencapai 75 % dan air yang memiliki sifat dapat dipengaruhi sehingga manusiapun dapat dipengaruhi terlepas dari proses yang mudah maupun sulit.

            Hidup di dunia merupakan sebuah perjalanan yang akan menempuh ujung hidup (mati) karena telah tertera dalam al-Quran yang menjelasan tentang mati. Menjelaskan tentang ujung jalan kehidupan tentu tidak akan ada habisnya dengan berbagai cara maupun kiat-kiat menghadapi atau menyikapi hal itu karena telah banyak buku yang diterbitkan dengan berbagai teorinya, hal yang paling penting adalah apakah itu dapat menjamin kesuksesan dalam menghadapi proses kematian? Jawabannya tentu tidak, sehingga hanya Tuhanlah yang tahu mengenai itu.

            Hidup tentu saja mambutuhkan teman atau karib guna menyokong kehidupan yang bahagia, yang artinya adalah ketergantungan terhadap sesama terkadang tidak dapat dihilangkan sehingga manusia dapat dikatakan sebagai mahluk yang sosial, karena saling bergantung satu sama lain yang saling berkontribusi dalam berbagai hal sehingga manusia tidak dapat hidup dengan diri sendiri. Berbicara tentang hidup manusia saling mempengaruhi satu sama lain seperti ketika memberikan nasihat kepada teman atau samacamnya untuk memberikan semangat atau motivasi supaya hidupnya menjadi terarah. Dunia yang terus berkembang dengan perubahannya baik dari ranah pengetahuan dan bentuknya yang dipelopori oleh manusia secara sengaja maupun tidak sengaja.

            Perkembangan pengatahuan mengarahkan manusia pada taraf kebijaksanaan yang mampu memotori perubahan sosial, kebudayaan, politik dan ekonomi. Akan tetapi perlu ditekankan bahwa makalah yang dibuat ini akan mengulas tentang dunia konseling yang direlevansikan dengan agama yaitu Islam. Perkembangan ilmu yang semakin besar memiliki peluang untuk menjawab misteri dibalik keagungan Tuhan dalam menciptakan alam semesta ini sehingga akan sangat menarik jika semua rasa penasaran yang ada dibenak manusia terjawab dengan pengetahuannya.  

            Pengaruh dan mempengaruhi adalah suatu reaksi manusia dalam memperbaiki atau memperburuk keadaan psokologi manusia bahkan bisa menjadi suatu alat untuk menggapai  kebahagiaan dengan mempengaruhinya melalui nilai-nilai spiritual yang mengarah pada kebaikan yang bermanfaat. Oleh karena itu pengaruh dan mempengaruhi dapat dikatakan sebagai dakwah secara lisan seperti yang tertera dalam al-Quran:

Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kebenaran”. (QS:AL‘Ashr, 1-3).

Ayat di atas menjelaskan tentang status manusia sebenarnya dan saling menasehati yang memiliki makna sama dengan saling mempenagruhi bahkan dapat dikatakan saling membantu melalui kata-kata yang baik atau disebut dengan motivasi, nasihat, dan sebagainya.

            Makalah ini akan menjelaskan tentang landasan religius manusia yang menekankan pada peranan BK dalam Islam dan adab menolong orang sehingga akan sangat menarik jika para pembaca menemukan kesalahan atau kekeliruan dalam pembuatan makalah berkenan untuk menambah atau mengurangi kekurangan atau kekeliruan penulis guna terciptanya makalah yang lebih baik lagi. Penulis yakin bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan yang perlu dilengkapi baik dari aspek struktur bahasa maupun isi. 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

Landasan Religius Manusia

Manusia secara esensial berasal mula dari Allah SWT, bersifat Nur (cahaya), ruh (hidup), dan gaib (tidak tampak secara kasat mata). Ia tidak dapat didefinisikan oleh kata-kata, huruf, bunyi ataupun sesuatu, melainkan hanya Dialah yang dapat memahaminya. Sedangkan usul dari manusia adalah berasal dari air dan tanah. Atau dengan kata lain, jika seorang manusia ditinjau secara asalnya, maka ia bersifat ruhaniyah, sedangkan secara usulnya berarti ia bersifat jasmaniyah[1].  

            Islam adalah agama wahyu yang langsung dari Dzat yang Maha Suci, Maha Benar, Maha Sempurna. Oleh karena itu ajaran-Nya tidak akan mungkin bertentangan dengan fitrah manusia, tetapi justru Islam ingin membimbing kefitrahan insan itu dalam jalan yang benar.

            Sejatinya, setiap mahluk bernama manusia, pati telah tertanam dalam jiwa dan rohaninya cahaya fitrah (kesucian) yang senantiasa merindukan akan akan perjumpaan dan kasih sayang Tuhannya. Kecenderungan dari kesucian itu senantiasa ingin berlaku lurus, jujur, baik dan benar. Karena memang hakikat azazi manusia berada di atas kesucian Ilahiyah itu sampai kapanpun ia ia tidak akan pernah berubah. Namun karena tempat bermukimnya cahaya fitrah itu sangat tersembunyi di balik hati nurani yang paling dalam, maka sangat sedikit manusia yang mengetahuinya.

            Manusia adalah mahluk yang memiliki fitrah beragama, melaui fitrahnya ini manusia mempunyai kemampuan untuk menerima nilai-nilai kebenaran yang bersumber dari agama, dan sekaligus menjadikan kebenaran agama itu sebagai tolak ukur atau rujukan perilakunya[2].

            Bagi orang-orang yang telah percaya, yakin dan ber-makrifat (mengenal) dengan baik, terhadap esensi Tuhan yang selalu bersemayam dan berkata-kata dalam dadanya, serta mereka telah mengimplementasikannya melalui jasad dan rohaninya yang indah, maka mereka tidak pernah terputus dari rahmat-Nya, perlindungan-Nya, pertolongan-Nya dan kasih sayang-Nya.

            Mereka itulah yang telah berhasil mengembangkan potensi ketuhanan atau potensi yang dimiliki oleh para nabi, rasul dan auli-Nya. Mereka sangat cerdas dalam menjalani ad-din yang hakiki, ad-din yang tidak pernah padam dalam dada-dada mereka. Akan tetapi sayang, sangat sedikit orang yang mengetahui dan ingin mengetahuinya.

            “Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu sekalian menolong Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. (QS. Muhammad, 47:7).

            Untuk mengembangkan benih-benih potensi dan kecerdasan fitrah yang telah Allah tanamkan dalam diri setiap manusia, itu bukan suatu hal yang mudah tetapi sangat memerlukan bimbingan dan perjuangan ulet, disiplin dan konsisten. Karena di tengah-tengah proses perjalanannya akan senantiassa dihadang oleh musuh-musuh Allah dari dalam diri manusia itu sendiri maupun di luar dirinya. Setan dan iblis tidak senang jika manusia terlalu dengan Tuhannya dan kebenaran Tuhannya. Pengikut-pengikut setianya terdiri dari manusia dan jin ikut melakukan pengahadangan, tipu daya serta berbagai cara untuk menggagalkan proses pengembangan dan pemberdayaan potensi dan kecerdasan fitrah itu.

            Masyarakat saat ini telah kehilangan panutan dalam menjalani kehidupan yang rahmatan Lil ‘alamiin, karena sebagian para pemimpin, intelektual, ulama telah terjebak dalam permainan dan olok-olok duniawi yang semakin hari semakin tidak menentu. Sulit membedaka mana orang shaleh dan mana orang yang salah. Persaudaraan sesama muslim dan sesama hamba Allah telah dihancurkan oleh niat dan i’tikad mencari hidup dan kehidupan yang hewani, yang kaya akan mengalahkan yang miskin, yang kuat akan mengalahkan lemah, yang mayoritas akan menggilas ynag minoritas. Masyarakat telah kehilangan kecerdasan erasional, emosional, dan spiritualnya, karena tokoh-tokoh yang menguasai kecerdasan itu secara aplikasi dan empirik semakin langka, andaikata pun mereka bersuara, suara mereka akan tenggelam oleh hiruk piruknya benderang dan irama kedurhakaan, pengingkaraan hati nurani dan fitrah kemanusiaan.   

            Akibat kegagalan manusia dalam mengembangkan potensi dan kecerdasannya yang fitrah (suci) itu, maka mereka tidak sanggup menanggulangi dan menjalani ujian-ujian Allah yang berupa ketaatan menjalankan semua perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya dan tabah dalam memahami hikmah-hikmah dari segala musibah yang hadir dalam kehidupannya.

A.     Peranan Agama dalam Bimbingan dan Konseling (BK)

Agama sebagai pedoman hidup bagi manusia telah  memberikan petunjuk (hudan) tentang berbaga aspek kehidupan, termasuk pembinaaan atau pengembangan mental (rohani) yang sehat. Sebagai petunjuk hidup bagi manusia dalam mencapai mentalnya yang sehat[3].

Ada dua alasan mendasar mengapa perlu menghadirkan Bimbingan dan konseling Islam. Alasan yang paling utama adalah karena Islam mempunyai pandangan-pandangan tersendiri mengenai manusia. Al-Qur’an sumber utama agama Islam, adalah kitab petunjuk, di dalamnya terdapat banyak petunjuk mengenai manusia. Allah, sebagai pencipta manusia tentu, tentunya tahu secara nyata dan pasti siapa manusia. Lewat Al-Qur’an Allah memberikan rahasia-rahasia tentang manusia. Karenanya kalau kita ingin tahu bagaimana cara menghadapi manusia secara sungguh-sungguh, maka Al-Qur’an (wahyu) adalah sumber yang layak dijadikan acuan utama dan tak pantas untuk dilupakan.

Ajaran Islam dapat menjadi acuan sebagai landasan yang ideal dalam menjalani kehidupan. Untuk itu tepatlah kiranya jika teori-teori dan teknik-teknik bimbingan dan konseling yang lahir di Barat, terlebih dahulu diIslamisasikan sebelum diterapkan dalam kehidupan. Bimbingan dan konseling Islam memberikan jalan mencegah dan pemecahan masalah, selalu mengubah orientasi pribadi, penguatan mental spiritual, penguatan tingkah laku kepada akhlak yang mulia, upaya perbaikan serta teknik-teknik bimbingan dan konseling lainnya.

Pendekatan Islami dapat dikaitkan dengan aspek-aspek psikologis dalam pelaksanaan bimbingan konseling yang meliputi pribadi, sikap, kecerdasan, perasaan, dan seterusnya yang berkaitan dengan klien dan konselor. Bagi pribadi muslim yang berpijak pada pondasi tauhid pastilah seorang pekerja keras, namun nilai bekerja baginya adalah untuk melaksanakan tugas suci yang telah Allah berikan dan percayakan kepadanya, ini baginya adalah ibadah. Sehingga pada pelaksanaan bimbingan konseling, pribadi muslim tersebut memiliki ketangguhan pribadi tentunya dengan prinsip-prinsip yang meenjunjung norma-norma agama.

Islam berpandangan bahwa jiwa manusia secara fitrah (asal kejadiannya) telah didesain dengan sempurna. Kesempurnaan desain jiwa manusia itu karena Allah telah memberikan dua potensi kepada manusia untuk memahami kebaikan dan kejahatan. Dengan potensi tersebut, jiwa manusia mungkin bisa meingkatkan kualitas kesuciaannya atau malah dapat tercemar dan menjadi kotor. Konseling Islam memandang perlunya mentargetkan kualitas kesucian jiwa manusia melalui potensi kebaikan (iman) yang telah ada dalam diri manusia. Dengan peningkatan kesucian jiwa melalui Iman, seseorang diharapkan mampu memahami persoalan-persoalan hidup yang melingkupinya sehingga dapat direspon melalui sikap dan penanganan yang tepat dan bijak.

Sebaliknya, jiwa yang kotor dan tercemar dinilai tidak mampu untuk memahami persoalan hidup manusia secara proporsional. Jika demikian, maka respon yang diberikan terhadap persoalan tersebut menjadi bias bahkan bisa merugikan manusia itu sendiri. Karena hal demikian adalah permasalahan manusia, maka dalam konseling Islam, jiwa yang kotor perlu dibersihkan agar berkualitas melalui suatu proses yang disebut dengan tazkiah al nafs.

Menghindari dari jiwa kotor agar terhindar dari penyakit hati seperti, iri, dengki, hasud dan semacamnya yang dapat mengantarkan manusia pada jurang kedzaliman dan akan menyebabkan kerusakan yang fatal, kerusakan yang dimaksud adalah hilangnya arah tujuan hidup. Oleh karena itu supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan alangkah baiknya mengetahui fungsi bimbingan dan koseling agar dapat memberikan kontribusi yang baik kepada orang yang membutuhkan melalui praktik konseling. Secara umum bimbingan dan konseling mempunyai empat fungssi utama[4], yaitu:

1.      Pemahaman individu

2.      Pencegahan dan Pengembangan

3.      Penyesuaian diri

4.      Pemecahan masalah

 

Setelah mengetahui fungsi utama BK maka dapat disimpulkan peranan agama dalam Bk

Sebagai landasan praktik Bk yang bersumber pada Al-Quran dan Hadtis, oleh karena itu praktik Bk tidak akan salah dan keliru jika nilai-nilai spiritual dimasukan ke dalam dunia konseling.

            Kadangkala, ada klaim bahwa konselor dan ahi terapis tidak harus belajar atau peduli dengan filsafat, sejarah, budaya, model diri, atau sistem nilai. Mengapa? Karena konselor hanya bertugas mendengar, memfasilitasi, mendorong klien untuk menemukan dir mereka beserta nilai-nilai, prioritas, arah, harga diri, identitas dan alasan mereka untuk hidup. Anggapan yang menunjukkan bahwa konselor hanya perlu menyediakan sepasang telinga dan hati yang hangat adalah ilusi yang berbahaya dan hanya mendatangakan keuntunagn yang lebih daripada seharusnya[5].

Peranan agama dalam BK bukan saja di dunia konseling, akan tetapi dalam peranan pengembangan kebudayaan dan intelektual manusia yang memberikan andil terhadap pengembangan tersebut yang mampu mendorong kemajuan agama Islam dari berbagai aspek, karena itu memberikan pengaruh pada pola pikir umat Islam. Manusia dalam dunia konseling dipandang perlu di dalam pengembangan potensi dan skil melalui pemberian motivasi dan nasihat[6].

Hubungan yang kuat, yang semakin dekat dengan Tuhan, akan semakin meningkatkan dan menyuburkan pengembangan nilai-nilai keagamaan yang kuat akan menjadi dasar bagi hubungan antar manusia dan hubungan dengan alam yang serasi, harmonis, penuh kedamaian. Manusia akan lebih mampu mengendalikan ego dan hawa nafsunya.

Bimbingan dan konseling sejalan dengan perintah agama bahwa dalam kehidupan dan hubungan dengan sesama manusia diharuskan selalu “mengajak kepada kebaikan dan mencegah kepada kejahatan”. Manusia cenderunga mengikuti hawa nafsu dan melanggar ketentuan Tuhan. Karena itu, perlu sering diingatkan untuk tidak melakukan kejahatan. Karena tendensi untuk banyak melakukan kejahatan, maka dinyatakan bahwa “manusia itu berada dalam kerugian, kecuali mereka yang selalu berpesan di dalam kebaikan”. Salah satu tugas seorang konselor adalah menunjukkan arah dan jalan yang akan ditempuh konsultan. Arah atau jalan yang ditunjukkan oleh konselor sudah tentu arah dan jalan yang baik.

Manusia harus saling membantu dalam kebaikan, membantu dengan harta, tenaga, atau pikiran, minimal dengan kata-kata atau raut wajah yang yang menyenagkan orang, bukan yang menyakitkan atau melukai hati. Setiap orang justru harus berpesan atau memberi nasihat dalam kebaikan, bukan dalam kejahatan atau kerusakan.

Sesunnguhnya secara umum semua orang dewasa, para pemimpin, alim ulama dan tokoh-tokoh masyarakat adalah pendidik dan pembimbing. Berusaha menciptakan situasi yang kondusif bagi realisasi nilai, mencegah munculnya kegiatan atau perilaku-perilaku yang merusakan nilai. Setiap anak danpemuda agar mereka menjadi manusia yang, baik, bertanggung kawab, berdisisplin dan turut memelihara kerukunan, ketentraman dan kesejahteraan masyarakat, dan bukan merusakan atau menghancurkannya. Setiap orang dalah pemimpin, yang kan diminta pertanggungjawabannya kelak.     

 

B.      Adab Menolong Orang dalam  Pandangan Islam

 

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”. (Al-Maidah, 5:2.)

 

            Ayat di atas menjelaskan tentang isayarat bahwa kita harus tolong menolong, akan tetapi harus kita pahami bahwa perintah di atas adalah tolong menolong dalam kebaikan bukan kejahatan. Oleh karena itu sudah jelas bahwa Allah SWT telah menyuruh kita untuk saling tolong menolong dalam kebaikan.

            Banyak manfaat yang akan kita dapatkan jika kita selalu melakuan perbuatan tolong menolong sesama mahluk Allah seperti:

1.      Mendapatkan kepercayaan dari orang terdekat.

Kepercayaan adalah sesuatu yang sulit untuk didapat. Namun, karena suka menolong teman-temanku, mereka dengan senang hati memberikan kepercayaan kepadaku. Tak jarang mereka mau berbagi rahasia mereka kepadaku. Mereka percaya bahwa aku adalah orang yang bisa dipercaya. Buatku ini adalah suatu anugerah.

2.      Mendapatkan kemudahan dalam segala urusan.

Berkat tolong menolong, segala urusan temanku dan juga diriku sendiri menjadi cepat selesai. Aku yang tak ragu menolong mereka membuat mereka juga tak ragu untuk menolongku ketika aku sedang menghadapi masalah.

3.      Memperbanyak amal pahala.

Seperti yang telah diketahui bahwa tolong menolong itu memang dianjurkan di dalam agama. Perbuatan baik ini akan menjadi amal pahala di dunia dan di akhirat.

Tolong menolong adalah sebuah perbuatan yang sangat mulia, dalam kehidupan sehari-hari manusia hidup tidak sendiri, hubungan timbal balik yang dilakukan oleh manusia baik yang disadari maupun tidak disadari memberikan dampak pada nilai-nilai sosial yang mampu menciptakan kehidupan yang harmonis dan damai. Dalam sebuah kegiatan tolong menolong tentu sangat mulia jika tanpa pamrih, karena jika tolong menolong dengan pamrih atau bermaksud mendapatkan imbalan maka ganjaran yang akan diberikan oleh Allah akan hilang dan tidak ada nilainya sama sekali.

            Yang paling penting dalam adab tolong menolong adalah tidak meminta imbalan, karena itu akan memberikan penilaian buruk terhadap kita jika kita pamrih dalam menolong orang, biarlah Allah yang membalas semua apa yang telah kita kerjakan. Sebenarnya sangat luas wilayah kajian tolong menolong akan tetapi yang perlu kita sadari adlah bahwa tolong menolong adalah sebuah perbuatan yang sangat mulia dengan syarat atas nama Allah SWT dan ikhlas hnya mengharap ridho-Nya.

 

 

 

 

 

 

BAB III

KESIMPULAN

 

Landasan religius manusia adalah kebutuhan rohaniah manusia yang mampu menunjukkan manusia pada arah atau jalan yang baik. Seperti yang tertera dalam al-Quran bahwa pada hakikatnya sebelum manusia lahir ke bumi telah ada ikatan atau janji dengan Tuhannya atau Allah SWT Yang bersaksi bahwa Allah adalah Tuhan semesta alam.

            Peranan agama dalam dunia konseling banyak memberikan andil atau patokan yang mampu dijadikan acuan sebagai pembatas wilayah kajian BK dalam perspektif Islam. Agama tidak dapat dipisahkan dalm ilmu pengetahuan yang mampu menuntun pada pemahaman yang baik dan benar. Selain dari pada itu bahwa kebtuhan dasar manusia adalah Than atau agama sebagai penuntun jalan mereka. Agama yang memiliki fungsi sebagai pemelihari diri, harta, keluarga dan jiwa tentu dapt disimpulkan bahwa peran agama dalam BK Sangat penting sekali yang mampu emberikan nili-nilai positif.

            Allah menyuruh umat manusia untuk saling tolong menolong dalam kebaikan, karan manusia tidak dapat hidup dengan sendirinya. Tolong menoloang adalah sebuah perbuatan yang sangat mulia, sehingga manusia tidak dapat hidup dengan sendri. Sampai kapanpun manusia tidak dapt hidup sendiri.

            Oleh karena itu, sebagai manusia yang budiman dan penuh budi pekerti untuk saling membantu dalm mewujudkan kehidupan yang harmonis.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

1.       Bakran Hamdani  Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam. Al-Manar, Yogyakarta,2008

2.       Rozalina Erba, Psikologi Kepribadian, Bandung,2012

3.       Howard Alex, Konseling dan Psikoterapi cara Filsafat, Teraju, Jkarta Selatan, 2005.

4.       Syaodih N. Sukmadinata, Bimbingan dan Konseling Dalam Praktek, Mestro, Bandung,2007.

5.       Yusuf S., & Nurihsan A. Juntika, Landasan Bimbinagn dan Konseling. Rosda,Bandung,2012.

 

 

 

 

 

 



[1] Bakran Hamdani  Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam. Al-Manar, Yogyakarta,2008

[2]Rozalina Erba, Psikologi Kepribadian, Bandung,2012

[3] Yusuf S., & Nurihsan A. Juntika, Landasan Bimbinagn dan Konseling. Rosda,Bandung,2012.

[4] Syaodih N. Sukmadinata, Bimbingan dan Konseling Dalam Praktek, Mestro, Bandung,2007.

[5][5] Howard Alex, Konseling dan Psikoterapi cara Filsafat, Teraju, Jkarta Selatan, 2005.

[6] Ibid.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Hipnoterapi

Apa Itu Tasawuf